KONSERVASI ARSITEKTUR : MUSEUM BANK INDONESIA
KONSERVASI ARSITEKTUR : PENGAMATAN
MUSEUM BANK INDONESIA
Konservasi
adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna
kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Pengertian ini
sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk
fisik) dan fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan
pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan
untuk pemanfaatan lebih lanjut.Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi
kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas
perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik
saja.
Museum
Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl.
Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan
menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya
peninggalan De Javasche Bank yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan
pengaruh lokal, dan dibangun pertama kali pada tahun 1828. Museum ini
menyajikan informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang
dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya
Bank Indonesia pada tahun 1953 dan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, meliputi
pula latar belakang dan dampak kebijakan Bank Indonesia bagi masyarakat sampai
dengan tahun 2005. Penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan
teknologi modern dan multi media, seperti display elektronik, panel statik,
televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan kenyamanan pengunjung dalam
menikmati Museum Bank Indonesia. Selain itu terdapat pula fakta dan koleksi
benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya Bank Indonesia, seperti pada
masa kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain berupa koleksi uang numismatik
yang ditampilkan juga secara menarik.
Peresmian Museum Bank
Indonesia dilakukan melalui dua tahap, yaitu peresmian tahap I dan mulai dibuka
untuk masyarakat (soft opening) pada tanggal 15 Desember 2006 oleh Gubernur
Bank Indonesia saat itu, Burhanuddin Abdullah, dan peresmian tahap II (grand
opening) oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 21 Juli 2009.
Gedumg Bank Indonesia
kota merupakan gedung kantor pertama yang digunakan oleh Bank Indonesia. Gedung
Bank Indonesia Kota adalah sebu7ah bangunan monumental yang sarat dengan nilai
sejarah serta keindahan arsitektural. Sebagai sebuah bangunan yang monumental,
Gedung Bank Indonesia Kota menjadi aset sejarah yang harus dilestarikan. Berdasar
UU Cagar Budaya No,5/1992, Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah menetapkan
Gedung Bank Indonesia Kota sebagai Bangunan Cagar Budaya. Bank
Indonesia sangat peduli dengan kelestarian gedung ini, dengan merevitalisasi
dan menjadikan bangunan ini sebagai Museum Bank Indonesia. Koleksi yang
ditampilkan di Museum Bank Indonesia, antara lain berupa mata uang, emas
cadangan bank sentral, serta informasi yang di dukung denganteknik
penyajianinformasi menggunakan sarana multimedia.
PEMBAHASAN
2.1. KRONOLOGIS
PERKEMBANGAN MUSEUM BI
Dalam perkembangannya
Museum Bank Indonesia ini telah banyak mengalami perkembangan dari tahun
ketahun hingga sekarang. Dibagi menjadi lima tahap perkebangan besar terjadi
pada gedung ini yaitu tahun 1828, 1909-1912, 1922, 1933 -1935 dan 1935 -
sekarang.
a. 1828
De Javasche Bank (DJB) secara resmi
berdiri di batavia berdasarkan akte pendirian (acte van oprichting van de
javasche bank) pada tanggal 24 januari 1828. Pada saat DJB merupakan perusahaan
swasta yang modalnya berasal dari tiga puluh empat pemegang saham. De Javasche
Bank (DJB) menempati bangunan bekas rumah sakit (Binnenhospitaal) atau rumah
sakit dalam kota. Rumah sakit tersebut terletak di lokasi BI saat ini yaitu
pada unit di sisi jalan bantaran pinggir kali besar. Bangunan ini berbentuk
huruf L dan terdiri dari 2 (dua) lantai. Selasarnya hanya terdapat barisan
jendela krepyak dan tiang-tiang sederhana.
b. 1909-1912
Setelah menempati bangunan bekas rumah
sakit selama delapan tahun terhitung sejak tahun 1928, mulailah DJB
memerintahkan biro arsitek Ed.Cuypers en Hulsw untuk merencanakan pengembangan
bangunan lama. Proses perkembangan bengunan yang penting mulai terjadi sejak
tahun 1910 hingga tahun 1935 dan seluruhnya merupakan rangkaian proses
pengembangan berdasarkan kebutuhan perkembangan perusahaan tersebut. Selain
gedung DJB Batavia, biro arsitek yang sama juga menjadi andalan untuk merancang
kantor cabang DJB lainnya di seluruh hindia belanda. Biro arsitek Cuypers &
Hulswit merupakan konsultan arsitektur yang didirikan di Batavia tahun 1908
oleh 2 (dua)orang arsitek yaitu M. J. Hulswit & E. H. G. H. Cuypers. Kantor
arsitektur tersebut adalah cabang dari Amsterdam. Tahun 1910 konsultan arsitek
ini berasusiasi dangan arsitek A. A. di Batavia. Fermont Perubahan bangunan
baru tersebut dilakukian berdasarkan beberapa alasan yaitu :
· DJB harus menghadapi
perkembangan dunia perdagangan Hindia Belanda yang semakin pesat pada awal abad
20.
· Perlunya ruang
penyimpanan benda berharga berupa ruang lapis baja (pantserkluitzen) yang saat
itu Hindia Belanda belum bisa membangun.
Bangunan baru selesai dan memiliki teras
keliling dangan tampak luar bergaya neoklasik. Pada waktu kitu, gedung ini
menjadi karya arsitektur penting di Hindia Belanda.
c. 1922
De Javasche Bank (DJB) memutuskan untuk
melakukan perluasan lebih lanjut karena bangunan lama tidak lagi cukup luas
untuk menampung kebutuhan perkembangan usha mereka. Biro arsitek yang sama ( Ed
Cuypers en Hulswit) membuat program bangunan keseluruhan yang meliputi :
· Sebuah ruang simpan
barang berharga (klus) baru
· Ruang arsip
· Ruang rapat / pertemuan
· Rumah penjaga
· Garasi
· DLL
Ruang pertemuan lebih dikenal sebagai
ruang hijau karena dindingnya berlapis keramik warna hijau. Untuk pembangunan
tahun 1922 masih dipertahankan gaya tampak bangunan yang sudah berdiri sejak
tahun 1912.
d. 1933
Ada beberapa tambahan pada pembangunan DJB
pada tahun ini, yaitu :
· Beberapa kluis baru yang
ditempatkan pada perpajangan bangunan di sisi jalan Binen Nieuwpoortstraat
(sekarang jalan pintu besar urtara).
· Pembangunan tampak muka
disisi jalan yang sama dengan gaya yang lebih sederhana.
· Penempatan sebuah unit
tengah yang megah dengan jalan masuk baru dan ruang besar yang
monumental
· Sebuah ruang effecten
ditempatkan dekat effecten kluis.
e. 1935 - sekarang
Selama masa BI menempati bangunan ex DJB,
secara prinsip tidak banyak perubahan dilakukan terhadap bangunan ini. Sebagian
besar perubahan tersebut dilakukan untukmemenuhi kebutuhan praktis seperti
penambahan ruang kerja. Penambahan ruang kerja dilakukan dengan menutup koridor
menjadi ruangan baru atau membagi ruangan lama dengan partisi dan dinding baru.
Seluruh perubahan pada masa ini tidak dilakukan oleh biro arsitek tertentu,
sehingga tidak terdapat dokumen gambar yang dapat menerangkan gambar tersebut.
2.2. KONSERVASI PADA MUSEUM
BI
Konservasi merupakan
suatu aktivitas yang tak dapat dilepaskan dari sebuah museum.
Upaya memlihara dan melestarikan benda kooleksi dari bahaya
kehancuran, baik secara alami maupun kimiawi ini dapat dilakukan melalui
tindakan pencegahan (preventive) dan penanggulangan (curative).
Sesuai dengan UU Cagar
Budaya Nomor 5/1992, yang menetapkan gedung MBI sebagai bangunan cagar budaya,
maka gedung Museum Bank Indonesia (berikut artifak di dalamnya) juga
mengalami konservasi untuk mngembalikan kondisinya pada tahun 1935 (Renovasi
Tahap Terahir). Konservasi merupakan upaya menghidupkan kembali nuansa masa
lalu, menjembatani generasi kini untuk memetik hikmah dari pengalaman generasi
pendahulu.
Lingkup Pekerjaan
Konservasi secara umum :
· Pekerjaan persiapan
(pagar sementara, pengukuran tapak kembali, penyedia air kerja dan daya listrik
untuk kerja, dokumentasi, dsb)
· Pekerjaan bangunan
tambahan
· Pekerjaan atap dan
talang
· Pekerjaan lantai attic
· Pekerjaan bongkaran
penutup tembok
· Pekerjaan pelapis lantai
· Pekerjaan pelapis
dinding
· Pekerjaan shaft AC
dan perapihan kembali
· Pekerjaan plesteran
· Pekerjaan pintu
Sementara pekerjaan
yang sedang atau akan dilakukan pada upaya revitalisasi Museum Bank Indonesia
ini ialah konservasi kolom, reparasi jam kuno, mengintervensi dengan membuat
event dengan venue lokasi museum ini dan seterusnya. Selain itu terdapat
pekerjaan konservasi yang telah dilakukan yaitu seluruh pekerjaan di lantai
atas wing timur yang sekarang digunakan untuk museum Bank Indonesia Tahap I dan
pembangunan masjid sebagai fasilitas pendukung museum.
KESIMPULAN
Dengan adanya Museum
Bank Indonesia ini para Arsitek khususnya sangat mengapresiasi dan
berterimakasih kepada seluruhnya yang ikut berpartisipasi dalam menjaga dan
memelihara gedung Museum Bank Indonesia
Arsitek sangat
membutuhkan media jembatan masa lalu yang memberikan gambaran-gambaran tentang
sejarah, terutama sejarah tentang bangunan, apalagi ini adalah termasuk
bangunan yang sangat penting peranannya pada masannya. Dan sekarang tetap
menjadi kawasan wisata yang terdapat pada Kota Tua.
Komentar
Posting Komentar