JATINEGARA DAN PENINGGALAN UNTUK KITA JAGA

Indosenia, adalah negara yang sangat indah, bisa kita buktikan dengan bermacam-macam suku serta budayanya yang tidak akan pernah ternilai oleh materi, serta keindahan alam dan juga peninggalaan sejarah - sejarah pada zaman penjajahan dulu yang malah akan mendapat nilai lebih bagi kita Indoesia dan sudah seharusnya kita menjaga apa yang kita miliki sekarang. Adapun hal yang kita miliki ini adalah bangunan, flora, fauna , budaya dan yang lainnya. Jati negara adalah salah satu dari sekian banyak peninggalan yang di tinggalkan untuk kita jaga.
Nama Jatinegara diambil dari Jatina Nagara yang berarti simbol perlawanan Kesultanan Banten terhadap kolonial Belanda saat itu.
Pada abad ke-17, daerah ini merupakan pemukiman para pangeran Kesultanan Banten. Pada tahun 1661, Cornelius Senen , seorang guru agama Kristen yang berasal dari Banda. Maluku, membeli tanah di daerah aliran sungai Ciliwung. Sebagai guru dan kepala kampung, Cornelis Senen diberi gelar Meester Semenjak dibangunnya Jalan Raya Daendels, tanah yang dimiliki oleh Cornelis Senen secara partikelir ini berkembang pesat menjadi pemukiman dan pasar yang ramai. Hingga kini masyarakat menyebutnya dengan Mester Cornelius atau Mester.
Pada abad ke-19, Meester Cornelis merupakan kota satelit Batavia yang terkemuka. Namun pada awal abad ke-19, tepatnya 14 Agustus - 26 Agustus 1811, Meester Cornelis direbut oleh Tentara Inggris dalam peristiwa berdarah Penyerbuan Mester Cornelis yang merupakan perpanjangan dari peperangan perseturuan besar antara Inggris dan Perancis yang telah mengalahkan Kerajaan Belanda sebelumnya. Meester Cornelis juga merupakan ibu kota dari kawedanan Jatinegara yang melingkupi Bekasi, Cikarang,Matraman, dan Kebayoran. Pada tanggal 1 Januari 1936, pemerintah kolonial menggabungkan wilayah Meester ke dalam bagian kota Batavia.
Nama Jatinegara baru muncul tahun 1942, setelah Tentara Kekaisaran Jepang menduduki Hindia-Belanda. Nama Meester yang terlalu berbau Belanda diganti menjadi Jatinegara.

berikut adalah beberapa tempat penting yang ada di Jatinegara:
  • Gereja Koinonia (dahulu dikenal sebagai "Gereja Bethel").
  • Gereja Kristen Pasundan (dahulu "Rehoboth Kerk")
  • Klenteng Fu De Gong (Hok Tek Tjeng Sien)
  • Klenteng Shia Jin Kong
  • Klenteng Tien Pao Tong (Kwan Im Po Sat)
  • Bekas Gedung Wedana Meester Cornelis. Gedung bekas kediaman Meester Cornelis ini secara bergantian dikuasai pejuang yang tergabung dalam Kesatuan Laskar Rakyat Jakarta. Terakhir gedung ini dikuasai Kodim. Setelah dikosongkan oleh Kodim 0505, pada tahun 2005 bagian sayap gedung digunakan untuk kantor Pemuda Panca Marga (PPM). Selanjutnya gedung ini diambil alih Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. Pada Mei 2010 gedung ini nyaris roboh dan tidak dirawat.
  • Penjara Cipinang
  • Pasar Induk Beras Cipinang
  • Pasar Mester
  • Pasar Rawa Bening (Bursa Batu Akik Jakarta) setelah direnovasi dan diresmikan pada tanggal 12 Mei 2010 oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo. Sekarang dikenal sebagai Jakarta Gems Center (JGC) Rawabening. JGC adalah pusat perbelanjaan batu permata terbesar di Indonesia, bahkan di Asia. Terletak di jalan Bekasi Barat, di depan stasiun Jatinegara, terdapat lebih dari 1.330 kios penjual berbagai jenis batu permata, kristal, batu-batuan, cincin, fosil, bahkan barang antik dan mistik. JGC berkembang pesat dan selalu dipenuhi wisatawan lokal dan internasional. Setiap hari jumlah pengunjung dapat mencapai 1.000 orang, terutama di hari Sabtu-Minggu. JGC yang berupa bangunan empat lantai relatif bersih dan aman, modern, dan memiliki tempat parkir yang memadai.
  • Stasiun Jatinegara.

Berbicara tentang gaya dan keindahan arsitektur pada zaman itu, Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni (1) facade simetris, (2) material dari batu bata atau kayu tanpa pelapis, (3) entrance mempunyai dua daun pintu, (4) pintu masuk terletak di samping bangunan, (5) denah simetris, (6) jendela besar berbingkai kayu, (7) terdapat dormer (bukaan pada atap) Wardani, (2009).

Arsitektur kolonial adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya Eropa kedaerah jajahannya,  Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan di Indonesia, selama Indonesia masih dalam  kekuasaan Belanda sekitar awal abad 17 sampai tahun 1942 (Soekiman,2011).

Komentar

Postingan Populer