Mencoba Membuat Blog : APA ITU BERFIKIR KRITIS

Kemampuan berpikir kritis adalah kesatuan makna yang terdiri dari tiga kata, yaitu kemampuan, berpikir dan kritis. Sebelum kita mengetahui makna kemampuan berpikir kritis, berikut akan dijelaskan pengertian dari masing-masing kata tersebut. Menurut KBBI, (2002 hlm 707), kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, sanggup melakukan sesuatu. Pengertian berpikir (KBBI, 2002 hlm 872 adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan pengertian kritis adalah bersifat tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam penganalisaan.
                Menurut Gede Putra Adnyana (2011), berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan  mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Pendapat lain tentang konsep berpikir kritis diungkapkan oleh Ennis, (Prof. Dr. Patrisius Istiarto Djiwandono, 2011) sebagai  cara pikir yang bermula dari penentuan masalah atau pertanyaan secara jelas, yang disusul oleh pencarian informasi dan bukti yang terpercaya dengan mempertimbangkan semua situasi yang ada, kemudian menentukan solusi yang paling tepat, plus dengan kesadaran penuh akan segala konsekuensinya. Jadi kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk mempertimbangkan/ memutuskan sesuatu  dengan analisa yang sistematis.

2. CIRI-CIRI BERPIKIR KRITIS
Ciri prilaku berpikir kritis :
a. menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan
b. bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
c. dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis
d. berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan
e. bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah, baik dalam mengerjakan pekerjaan yang bertalian             dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi
f. kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur atau tidak berlaku adil.
g. adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat
h. keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman, kemakmuran, dan kebahagiaan. Keadilan hanya akan mengakibatkan hal yang sebaliknya
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2034769-ciri-ciri-berpikir-kritis/#ixzz1eDll5o3a

Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:

a. Clarity (Kejelasan)
        Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: "Dapatkah permasalahan yang rumit dirinci sampai tuntas?"; "Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang lain?"; "Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!". Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka kita tidak akan dapat berbicara apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.

Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: "Apa yang harus dikerjakan pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?" Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, "Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?".

b. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan).
                   Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui pertanyaan: "Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan?"; "Bagaimana cara mengecek kebenarannya?"; "Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?" Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan berikut, "Pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon".

c. Precision (ketepatan)
             Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan sebuah pernyataan. "Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat terurai?"; "Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?". Sebuah pernyataan dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya "Aming sangat berat" (kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon atau 500 pon!)

d. Relevance (relevansi, keterkaitan)
             Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran keterkaitan dapat diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut: "Bagaimana menghubungkan pernyataan atau respon dengan pertanyaan?"; "Bagaimana hal yang diungkapkan itu menunjang permasalahan?". Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha apa yang harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur kualitas belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.

e. Depth (kedalaman)
           Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju kepada pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam pertanyaan diuraikan sedemikian rupa? Apakah telah dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan terhadap pemecahan masalah? Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, tetapi jawaban sangat dangkal (kebalikan dari dalam). Misalnya terdapat ungkapan, "Katakan tidak". Ungkapan tersebut biasa digunakan para remaja dalam rangka penolakan terhadap obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan tersebut cukup jelas, akurat, tepat, relevan, tetapi sangat dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat ditafsirkan dengan bermacam-macam.

f. Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini. Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?; Apakah memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon pernyataan yang dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti apakah pernyataan tersebut menurut... Pernyataan yang diungkapkan dapat memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup luas. Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen menurut pandangan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu saja dalam pertanyaan yang diajukan.

g. Logic (logika)
            Logika bertemali dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun dengan konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir, kita akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis. Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis.

3. KARAKTERISTIK
Wade (Arief Achmad ,2007) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:

a. kegiatan merumuskan pertanyaan,
b. membatasi permasalahan,
c. menguji data-data,
d. menganalisis berbagai pendapat dan bias,
e. menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
f. menghindari penyederhanaan berlebihan,
g. mempertimbangkan berbagai interpretasi,
h. mentoleransi ambiguitas.

4. MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Ennis (Prof. Dr. Patrisius Istiarto Djiwandono, 2011) menyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu:
a. memberi penjelasan dasar (klarifikasi), terdiri dari:
 memusatkan pada pertanyaan
menganalisis alasan
mengajukan dan menjawab pertanyaan klarifikasi (termasuk membedakan dan mengelompokkan)
b. membangun keterampilan dasar
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
mengamati dan menggunakan laporan hasil observasi
c. menyimpulkan   
dengan penalaran deduksi dan mempertiimbangkan hasil deduksi
dengan penalaran induksi dan mempertimbangkan hasil induksi
membuat atau menentukan pertimbangan nilai
d. memberi penjelasan lanjut   
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi dalam tiga dimensi (bentuk, strategi, dan isi)
mengidentifikasi asumsi
e.  mengatur strategi dan taktik
memutuskan tindakan
berinteraksi dengan orang lain


SUMBER : http://tansyahabidin.blogspot.com/2012/07/kemampuan-berpikir-kritis.html

Komentar

Postingan Populer